Senin, 20 Februari 2012

Akhlaq

Untuk pertama kali aQ akan membahas masalah Akhlaq, karena Rasulullah di utus ke dunia ini tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan Akhlaq.


Definisi Akhlaq
Al-Akhlak merupakan bentuk plural dari al-khuluq yang digunakan untuk mengistilahkan sebuah karakter dan tabiat dasar penciptaan manusia. Kata ini terdiri dari huruf kha-la-qa yang biasa digunakan untuk menghargai sesuatu.
Imam Al-Ghazali ( 1015-1111 M dalam Syarh Kifayatul Atqiya' ) mengatakan “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (baik dan buruk)”.

Imam Ar-Raghib menyatakan, “Pada dasarnya kata Al-khalqu, al-khulqu, dan al-khuluqu memiliki makna yang sama. Namun, al-khalqu lebih dikhususkan untuk bentuk yang dapat dilacak panca indra, sedangkan al-khuluqu dikhususkan untuk kekuatan dan tabiat yang bisa ditangkap oleh mata hati.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku/perbuatan manusia.

Pembagian Akhlak
Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua :
a.       Akhlaq Mahmudah (akhlak yang baik/mulia)
b.      Akhlaq Mamdudah (aklak yang buruk/tercela)
Macam-macam akhlak
  1. Akhlak terhadap diri sendiri
  2. Aklak terhadap keluarga (Orang tua, akhlak terhadap adik/kakak)
  3. Akhlak terhadap teman/sahabat, teman sebaya
  4. Akhlak terhadap guru
  5. Akhlak terhadap orang yang lebih muda dan lebih tua
  6. Akhlak terhadap lingkungan hidup/linkungan sekitar.
Dan inti dari berkakhlak tersebut diatas intinya adalah berakhlak baik kepada Allah SWT. Karena Allah SWT telah menjadikan diri dan lingkungan sekitar dengan lengkap dan sempurna.
Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman,
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al-Qalam[68]: 4).
Akhlak mulia didalam ayat ini, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Ath-Thabari, bermakna tata karma yang tinggi; yaitu tatakrama Al-Qur’an yang telah Allah tanamkan  di dalam jiwa Rasul-Nya. Tata karma ini tercermin melalui Islam dan ajarannya. Makna ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas –radliyallahu ‘ahnuma- yang ketika itu menjabarkan makna dari ayat :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung,” dengan berkata, “yaitu memeluk kepercayaan yang agung, dalam hal ini ialah Islam.”
Mujahid (seorang tabi’in) mengatakan hal serupa dalam menafsirkan firman Allah ‘Azza wa Jalla tersebut. Ia berkata, “yaitu beragama yang agung.”
Imam Junaid Radhiyallahu’anhu menerangkan bahwa akhlak Rasulallah Shalallahu’alaihi wa sallam dikatakan umat terpuji karena beliau hanya mengedepankan ajaran Allah.
Disamping itu, ada juga ulama yang berpendapat bahwa Akhlak Rasulallah Shalallahu’alaihi wa sallam dikatakan terpuji karena beliau memiliki potensi semua budi pekerti yang baik. Hal ini tersirat dari hadits yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sungguh aku di utus untuk menyempurnakan budi luhur.” (HR Muslim).
Imam al Mawardi -rahimahullaah- berkata bahwa lafadz وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ dapat dipahami memiliki tiga makna berikut ini:
  1. Adab yang di agungkan Al-Qur’an.
  2. Agama Islam.
  3. Budi luhur. Makna inilah yang lebih mendekati makna lahiriyah ayat.
Mengenai hal ini, Fairuz Abadi berkata, “Ketahuilah! Komponen utama agama Islam adalah akhlak. Jika seseorang memiliki akhlak yang lebih baik dari pada akhlakmu, berarti dia lebih tinggi derajatnya daripada dirimu dalam hal agama. Akhlak yang baik ini berdiri diatas empat pondasi, yaitu kesabaran, keberanian, keadilan, dan kesucian.”
Fairuz Abadi juga menyebutkan bahwa keempat pondasi tersebut saling menyeru akhlak sehingga dapat membawa sang pemilik akhlak untuk menerapkan akhlak mulia lainnya.
Dengan kesabaran, misalnya, seseorang dapat melatih diri untuk ditempa menahan emosi, menyingkirkan bahaya, bersikap waspada dan hati-hati, lemah-lembut dan santun, serta tidak tergesa-gesa dan sembrono. Disebutkan juga bahwa sikap tidak berlebihan dalam segala hal merupakan asas utama dari keempat akhlak mulia ini.
Tugas Manusia/Tindakan Manusia
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT membenci tindakan yang merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia sadar bahwa jika melakukan per buatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya.

Semoga bermanfaat. Amien ...

0 komentar:

Posting Komentar